PEMBELAJARAN PENGGUNAAN KALIMAT
EFEKTIF DALAM MENULIS CERPEN DI SDN PLUMBON GAMBANG II
KEC.GUDO KAB. JOMBANG
Oleh: Joko Prih Triyana
Abstrak : Pembelajaran
penggunaan kalimat efektif dalam menulis cerpen di SDN Plumbon Gambang II, Kec. Gudo Kab. Jombang. Dalam artikel ini dibahas sebagai sebuah paparan
argumentatif yang menyajikan pembelajaran penggunaan kalimat efektif dalam menulis cerpen di SDN Plumbon Gambang
II, Kec. Gudo Kab. Jombang.
Berkenaan dengan itu maka dalam artikel ini disajikan beberapa
gagasan sebagai berikut: (1) Konsep pembelajaran penggunaan
kalimat efektif dalam menulis cerpen di SDN Plumbon Gambang II, Kec. Gudo Kab. Jombang. (2) Cara meningkatkan kemampuan
menulis cerpen di SDN
Plumbon Gambang, II Kec. Gudo Kab. Jombang. (3) Teknik
dalam menulis cerpen. (4) Tujuan pembelajaran menulis cerpen di
SDN Plumbon Gambang II, Kec. Gudo Kab.
Jombang. .
Kata-kata
kunci: Penggunaan kalimat
efektif dalam menulis cerpen bagi anak SD, Keterampilan
menulis cerpen.
Di SDN Plumbon Gambang II, Kec. Gudo Kab.
Jombang, keterampilan
menulis merupakan salah satu keterampilan yang ditekankan pembinaannya di
samping membaca dan berhitung. Keterampilan menulis cerita pendek (cerpen)
penting bagi siswa sekolah dasar,
karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan
ide. Keterampilan menulis cerpen dengan kalimat efektif
merupakan kalimat yang berdaya
guna yang langsung memberikan kesan kepada
pembaca. Bila seseorang
ingin memiliki kemampuan menulis, maka ia harus terlebih dahulu menguasai
kaidah-kaidah bahasa tulis, seperti kosa kata, ejaan, tata bahasa, dan
peristilahan. Tulisan harus bermakna, jelas, lugas, koheren, kohesif, singkat dan padat.
Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat memberikan informasi dengan baik, jelas,
dan bermanfaat. Fungsi kalimat tidak hanya
memberitahukan sesuatu atau menanyakan sesuatu, tetapi lebih jauh, ia harus
mampu mengantarkan pemahaman yang mencakup segala aspek ekspresi kejiwaan
manusia.
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajar bahasa
ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini
disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya
dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Menulis cerpen bukan hanya sekedar kegiatan
berbahasa, tetapi juga sebagai alat untuk berpikir dan wadah untuk menyampaikan
hasil pemikiran. Dengan demikian, menulis cerpen sebagai salah satu kegiatan
berbahasa, mempunyai kaitan yang positif dengan berpikir kreatif. Hal
ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang dianggap paling sulit.
Salah satu yang terkendala
pengembangannya pada siswa SD adalah potensi menulis, khususnya cerita pendek
(cerpen). Menulis cerpen bagi siswa SD sebenarnya bukanlah sesuatu yang sulit,
namun karena sistem pembelajaran tadilah yang menyebabkan penulisan
cerpen di SD sangat sulit untuk disajikan. Kesulitan memulai menulis cerita pendek disebabkan oleh tidak terbiasanya membuat karangan
dan juga karena tidak adanya respon kepada siswa untuk berimajinasi. Apalagi sebagian besar guru menghindar pada proses
pembelajaran yang dirasa menyulitkan dalam penyajiannya. Terjadinya penyatuan
kesulitan antara guru dan siswa inilah yang semakin menyulitkan realisasi
pembelajaran menulis cerpen di SD.
Hal ini tentu tak dapat dibiarkan begitu
saja tanpa ada usaha dalam proses pemecahan masalahnya. Perlu adanya teknik
pembelajaran yang dapat membuat potensi siswa dalam penulisan cerpen menjadi
lebih baik. Pada usia SD proses belajar mereka tidak hanya terjadi di
lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang
nyata di dalam lingkungan masyarakat. Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak
usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik
pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana
kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama,
sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek
tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada
anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Dengan karakteristik siswa yang telah
diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan
pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan
hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga
materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.
Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan
pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok. Hal inilah
yang memungkinkan siswa dibangkitkan kemampuan imajinasinya dalam menulis
cerpen. Berimajinasi pada siswa SD adalah sesuatu yang sangat mungkin dan mudah
dilakukan, apalagi dengan aktifitas yang sangat luas yakni selain di sekolah juga
di rumah dan lingkungan masyarakat. Sarana komunikasi dan informasi juga akan
mampu mendorong daya imajinasi siswa. Imajinasi siswa inilah yang diharapkan
mampu memunculkan kembali potensi menulis cerpen pada siswa SD.
Akan tetapi, disayangkan, kenyataan dewasa ini pembelajaran
menulis dengan kalimat efektif khususnya
di Sekolah Dasar belum menggembirakan. Banyak penelitian yang mengungkapkan
bahwa kemampuan menulis dengan siswa
masih rendah karena metode pengajaran menulis kurang efektif. Banyak kalangan
menilai pengajaran menulis dewasa ini masih sangat terlantar. ditemukan
bahwa guru masih menggunakan teknik pembelajaran yang lama. Guru hanya memberi
tugas kepada siswa untuk menulis cerita berdasarkan tema yang telah ditentukan
tanpa membimbing siswa selama proses menulis. Dengan pembelajaran seperti itu,
siswa tampak kurang motivasi dan kurang aktif. Selain itu, keterampilan siswa
dalam menulis cerpen masih rendah sehingga perlu dilatih dan ditingkatkan.
Menanggapi hal tersebut sangat dibutuhkan pembenahan yang serius
dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui bahwa peranan
guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan
inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran
menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
Kenyataannya, dewasa ini pendekatan yang digunakan dalam pengajaran
keterampilan menulis cerita pendek yang banyak
diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni mengajar siswa secara
langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh
mengembangkan kerangka dan sebagainya dengan penekanan pada hasil tulisan.
Strategi semacam ini menjadi kendala bagi pengembangan keterampilan menulis cerpen bagi siswa. Hal
tersebut diakibatkan karena siswa tidak terbiasa mengkaji dan menggunakan bahasa yang efektif yang hendak
ditulis. Akibatnya siswa terbentur dalam menuliskan materi yang ada dalam
pikirannya. Padahal, pada hakikatnya, kemampuan menulis cerpen siswa sangat bergantung kepada penguasaan hal yang hendak
ditulis.
Dengan demikian maka guru harus kreatif dalam memilih strategi
pembelajaran menulis, tidak terpaku dengan minimnya waktu yang disediakan dan
tuntutan target kurikulum. Akan tetapi, harus sejalan dengan tujuan
pembelajaran menulis, yaitu agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara
tertulis melalui suatu proses menyeluruh yang bermakna, yang tentunya
membutuhkan suatu proses latihan yang memadai dan kontinyu.
Berdasarkan urian di atas tulisan ini memiliki tujuan untuk
memaparkan dan memberikan sejumlah alasan mengenai pembelajaran tentang penggunaan kalimat efektif dalam menulis cerpen bagi
anak SD, karena itu dalam tulisan ini akan dijelaskan gagasan yang
mendukung pembelajaran penggunaan bahasa yang efektif dalam
menulis cerpen bagi anak SD, yang diuraikan sebagai berikut:
(1) Konsep pembelajaran penggunaan kalimat yang efektif dalam menulis
cerpen bagi anak SD, (2) Cara meningkatkan
menulis cerpen pada anak
SD, (3) Teknik menulis cerpen, (4) Tujuan pembelajaran menulis dan tujuan menulis bagi anak SD. Pembelajaran
penggunaan kalimat yang efektif dalam menulis cerpen bagi anak SD.
1.
Konsep
Pembelajaran Penggunaan Kalimat yang Efektif dalam Menulis Cerpen Sekolah Dasar
Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses
belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan
keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus
menerus (Dawson, dkk, dalam Nurchasanah 1997:68). Pembelajaran keterampilan
menulis pada jenjang Sekolah Dasar merupakan landasan untuk jenjang yang lebih
tinggi nantinya. Siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat menyerap aspek-aspek
dasar dari keterampilan menulis guna menjadi bekal ke jenjang lebih tinggi.
Sehingga, pembelajaran ketrampilan menulis di Sekolah Dasar berfungsi sebagai
landasan untuk latihan keterampilan menulis ke jenjang pembelajaran sekolah
sesudahnya nanti. Dengan banyaknya latihan pembelajaran menulis, diharapkan
dapat membangun keterampilan menulis siswa lebih meningkat lagi.
Agar tujuan
menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan
secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan
dan pengalaman yang akan ditulisnya. Karena pada hakikatnya menulis cerpen adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya.
Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di
Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang
ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran
menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan
pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1994).
Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan
kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan
kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran menulis
cerpen, diharapkan siswa tidak hanya
dapat mengembangkan kemampuan membuat cerpen namun juga diperlukan kecermatan
untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan
dengan cara membuat cerpen yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus
dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain sehingga menjadi cerita yang utuh. Menurut
Suharianto (1982:39) juga menambahkan bahwa “cerita pendek adalah wadah yang
biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari
kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita
senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang
paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek
tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas.
Cerpen sebagai
salah satu bentuk karya imajinasi dapat dibaca dalam waktu yang singkat. Thahar
(1999:9) menyatakan bahwa sesuai dengan namanya, cerpen tentulah pendek. Jika
dibaca, biasanya jalan peristiwa di dalam cerpen lebih padat. Sementara latar
maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Di dalam cerpen hanya
ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.
Hal itu yang membuat cerpen banyak digemari pembaca, karena tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk membacanya. Cerpen memuat penceritaan kepada satu
peristiwa pokok, peristiwa pokok itu tidak selalu “sendirian” ada peristiwa
lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok. Styagraha dalam Murdiati
(1985:49) berpendapat bahwa cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat
rentetan kejadian-kejadian dari pada kejadian itu sendiri satu persatu. Apa
yang terjadi di dalamnya lazim merupakan suatu pengalaman dan penjelajahan atau
berimajinasi
2.
Meningkatkan
Kemampuan Menulis Cerpen pada
anak SD
Di sekolah dasar, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan
yang ditekankan pembinaannya di samping membaca dan berhitung. Pembelajaran
menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa sekolah dasar karena
cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan
pikiran. Peranan seorang
guru sangat penting dalam menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
dengan merencanakan strategi pembelajaran yang menarik. Strategi pembelajaran
tersebut adalah mengembangkan daya imajinasi siswa dalam menulis cerpen.
Imajinasi adalah sendi utama untuk menulis cerita. Apa pun bentuk cerita
tersebut: cerita pendek, cerita panjang, novel pendek (novelette),
novel, skenario film, naskah drama dan naskah sandiwara radio. Imajinasi adalah
energi untuk membentuk suasana atau dunia tersendiri. Tanpa imajinasi penulis
kesulitan untuk membangun sebuah alam fiktif. Tetapi imajinasi itu harus
terkendalikan. Jika tidak, imajinasi akan berubah, menjema menjadi kuda liar
yang tidak terkendali. Akibatnya, cerita yang akan kita tulis bisa
berantakan. Sehingga imajinasi yang sangat bermanfaat itu menjadi potensi yang
sia-sia. Solusinya, imajinasi harus dikelola dengan baik – melalui strategi
kendali imajinasi.
Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang
bermanfaat untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari
tugas perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu,
mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya kepada
orang lain, khususnya guru dan orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu
membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala “mencengangkan”.
Hal ini sangat wajar karena seiring pertambahan usianya, otak anak lebih aktif
merespon setiap rangsangan. Di benaknya muncul banyak pertanyaan yang
mendorongnya untuk melakukan banyak pengamatan. Pertanyaan dan pengamatan yang
dilakukannya itu, akhirnya membuat anak merasa nyaman berada di dalam
imajinasinya.
Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan bentuk
kemalasan. Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari
tayangan yang ditontonnya atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang didengarnya. Namun, imajinasi juga bisa muncul
secara murni dan orisinil dari dalam benaknya, sebagai hasil mengolah dan
memanfaatkan kelebihan dan kemampuan otak yang dianugerahkan Tuhan. Jika kita
mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola imajinasi anak, maka berimajinasi
akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan kreatifnya, serta
membuatnya lebih produktif karena potensi dan kemampuan imajinatif anak
merupakan proses awal tumbuh kembangnya daya cipta dalam diri anak
yang boleh jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat untuk
perkembangan kepribadiannya.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis
cerpen siswa SD melalui Teknik imajinasinya.
1. Siswa menuliskan apa saja yang diinginkan dalam
hidupnya pada secarik kertas. Mungkin beberapa anak memilih menulis rumah
besar, ayah yang ganteng, guru yang baik, sekolah yang bagus, kucing manis, dan
lain-lain. Makin banyak pilihan dari siswa dalam satu kelas tersebut, maka
semakin ramailah imajinasi yang akan bermunculan.
2. Siswa kemudian menulis cara yang dilakukan untuk
mendapat yang diinginkan tadi. Pada bagian ini beberapa anak mungkin mulai
berfikir agak lama. Hal ini wajar karena kebiasaan pada proses pembelajaran
yang selalu mengetengahkan hal yang normative seperi yang dijelaskan pada
bagian awal tulisan ini. Mungkin pula sudah ada yang menulis, seperti membeli,
meminta pada orangtua, berusaha sendiri, dan lain-lain.
3. Pada bagian ini, guru dapat memberi pancingan pada
siswa sehingga pemikirannya terarah, seperti dengan mengatakan: “jika kalian
menginginkan sekolah yang bagus tentu membutuhkan biaya besar. Nah, bagaimana
mendapatkan biaya besar itu?” Mungkin jawaban siswa mengatakan: “minta pada
pemerintah atau pada orang kaya”. Hal tersebut menandakan siswa telah termakan
pancingan guru untuk berfikir.
4. Langkah keempat ini, sebagai tahap awal merupakan
langkah terakhir. Siswa menulis keinginannya serta cara memperolehnya. Pada
tahapan ini kembali guru dapat melakukan intervensi kepada siswa namun hanya
dengan tujuan menambah perbendaharaan kata dan kalimat pada cerpen siswa, bukan
menyalahkan ide atau pemikiran siswa.
5. Sebagai tahap lanjutan, siswa diperhadapkan pada
kondisi jika yang diinginkan tersebut tidak dapat diraihnya. Tentu tahapan ini
dilaksanakan setelah siswa mampu menyelesaikan sampai tahap empat tadi.
Tahapan-tahapan selanjutnya pada umumnya bersifat memberi tantangan imajinasi siswa
sehingga apa yang diinginkan tadi dapat menjadi acuan berimajinasi dalam
menuliskan sebuah cerpen.
Tahapan di atas merupakan sruktur fleksibel yang dapat dijadikan panduan
awal dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa SD melalui pengembangan
imajinasinya. Jika contoh kasus di atas adalah sesuatu yang diinginkan siswa,
mungkin pada latihan berikut adalah sesuatu yang dibenci, ada teman yang nakal
di sekolah, bapaknya seorang pemarah, dan lain-lain. Kesemua persoalan yang
dimunculkan dapat dijadikan ide penulisan sebuah cerpen dengan membangkitkan
daya imajinasi siswa melalui kelima langkah di atas.
3. Teknik
dalam Menulis Cerpen
Secara umum, modal dasar untuk menulis
fiksi adalah kepekaan, kreativitas, dan daya imajinasi. Kepekaan melihat atau
realitas akan meletikkan ide yang tak terduga. Dengan menghayati pengalaman,
seseorang akan mudah mengangkap ide untuk menulis. Jika pengalaman yang didapat
tersebut dipadukan dengan imajinasi, hasilnya adalah kreativitas.
Secara umum, langkah-langkah menulis cerpen adalah sebagai
berikut.
a.
Menentukan Tema
Ide untuk pengembangan tema cerpen yang
akan ditulis bisa digali dari fakta/realita sehari-hari (seperti pengalaman
pribadi, cerita teman, dan buku harian), imajinasi (seperti khayalan dan
mimpi), atau perpaduan antara fakta dan imajinasi (seperti buku fiksi dan
film).
b.
Menentukan tokoh
dan penokohannya.
Dalam proses ini, penulis menentukan siapa
tokoh protagonis dan antagonisnya, lalu mendeskripsikan seperti apa ciri fisik
dan watak khasnya, dsb.
c.
Menyusun kerangka
karangan (outline).
Menyusun outline bisa dimulai dengan membuat peta pikiran (mind mapping), lalu mengembangkannya
menjadi kerangka utuh. Outline sangat
berguna untuk mengingatkan apa yang ingin ditulis dan memudahkan penulis untuk
mengedit hasil tulisan.
d.
Menulis ringkasan cerita/sinopsis/garis besar cerita.
Garis besar cerita berisi poin-poin
peristiwa penting yang akan terjadi dalam cerita.
e.
Menjabarkan sinopsis menjadi cerita yang lengkap.
Proses ini adalah proses utama yang akan
menentukan keberhasilan sebuah cerpen. Carmel Bird menyatakan ada dua
pertanyaan penting yang akan membantu penulis cerpen untuk mengembangkan
sinopsis yang telah dibuat.
f.
Menentukan judul.
Judul cerpen biasanya ditulis secara
singkat (tidak lebih dari lima kata). Judul yang baik adalah yang bisa menarik
perhatian pembaca, unik, membuat pembaca penasaran (terkesan bombastis).
4.
Tujuan
Pembelajaran Menulis Cerpen bagi Anak SD
Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia (termasuk di dalamnya pembelajaran menulis cerpen ) di Sekolah Dasar berdasarkan standar isi
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. Berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis.
2. Menghargai
dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara
3. Memahami
bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan
4. Menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial
5. Menikmati
dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
6. Menghargai
dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
7. Menceritakan sesuatu agar orang lain tahu apa yang dialami,
diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan.
8. Untuk memberi petunjuk, maksudnya apabila seseorang mengajar
orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, maka dia
telah memberi petunjuk atau pengarahan.
9. Menjelaskan sesuatu pada pembaca sehingga pengetahuan dan
pemahaman pembaca bertambah.
10. Untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya dan untuk merangkum sesuatu.
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang dapat disimpulkan
dalam artikel ini adalah sebagai berikut:
1. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah.
Menulis memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang
berkelanjutan dan terus menerus
2. Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting
bagi siswa sekolah dasar karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana
untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Peranan seorang guru sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan merencanakan strategi pembelajaran yang menarik.
Strategi pembelajaran tersebut adalah mengembangkan daya imajinasi siswa dalam
menulis cerpen.
3. Secara
garis besar tujuan pembelajaran menulis yang efektif di Sekolah Dasar yaitu
agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara tertulis melalui suatu
proses menyeluruh yang bermakna dan membutuhkan suatu proses latihan
Daftar Rujukan
Subana,M & Sunarti.2009.Srategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia
.Bandung: Pustaka Setia
Widodo, Rachmad. 2009. Pendalaman Materi Menulis di SD.Artikel Online http://wikipedia.org
diakses 16 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar