Minggu, 01 Januari 2017

TEKNIK PENILAIAN TERTULIS


TEKNIK PENILAIAN TERTULIS
Kelas
:
Semester
:
Tahun
:
Bidang Studi/Tema
:

NO
Mata Pelajaran
Indikator Pencapaian Kopetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Intrumen
Contoh Intrumen
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Islam
3.1.1 Menjelaskan makna kata-kata al-Asmaul-Husna: Al-’Alim, al-Khabir, as-Sami’, dan  al-Bashir.
Tes tulis
Pilihan ganda
Ahmad anak yang rajin beribadah dan selalu menyempatkan diri untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan. Ketika berdoa teman-teman Ahmad  sudah terbiasa membaca doa dengan keras, sedangkan Ahmad selalu berdoa dengan suara pelan bahkan tidak terdengar oleh teman-temannya.


























TEKNIK PENILAIAN PENUGASAN STRUKTURE
Kelas
:
Semester
:
Tahun
:
Bidang Studi
:

No.
Nama Siswa
Perencanaan

Pelaksanaan
Kesimpulan
Tampilan
Jumlah Skor
Nilai
1-4
1-4
1-4
1-4
1.











































Keterangan :
Skor maksimal = banyaknya kriteria x skor tertinggi setiap kriteria.

                                                             4       x       4       = 16

  • Nilai Tugas      = Jumlah skor perolehan
                           Jumlah skor maksimal

 


Mengetahui
Kepala SD Islamic Global School




Drs. Suyadi, S.Pd.,MM.


Malang, ………
Guru Kelas IV…




…………………………    





Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples Berbantuan Media Visual dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA

          
          ABSTRAK

Kata Kunci: Examples Non Examples, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar.
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah (1) mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA kelas III SDN Gempollegundi antara kelas dengan pembelajaran model Examples Non Examples berbantuan media visual dan kelas dengan pembelajaran konvensional; (2) mengetahui ada perbedaan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA kelas III SDN Gempollegundi antara kelas dengan pembelajaran model Examples Non Examples berbantuan media visual dan kelas dengan pembelajaran konvensional; (3) mengetahui apakah ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran Examples Non Examples berbantuan media visual dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPA pada kelas III SDN Gempollegundi Kabupaten Jombang tahun pelajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan Pretest - Postest Nonequivalent Control Group Design yang terdiri dari satu variabel bebas yaitu model Examples Non Examples berbantuan media visual, satu variabel moderator yaitu motivasi belajar, satu variabel terikat yaitu prestasi belajar. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Gempollegundi yang bejumlah 47 siswa. Penelitian ini menggunaan sampling jenuh yaitu semua anggota populasi yang terdiri dari 47 siswa yang terdiri dari kelas IIIA berjumlah 24 siswa dan kelas IIIB berjumlah 23 siswa. Pemilihan kelas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara diundi karena hasil pretes atau  kemampuan awal  pada siswa kelas IIIA dan kelas IIIB sudah normal dan sudah sama atau homogen. Dihasilkan kelas IIIA sebagai kelas eksperimen dan  kelas IIIB sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan dengan soal postes dan angket motivasi belajar. Data angket motivasi belajar dan postes dianalisis dengan menggunakan statistik Uji Anova dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini antara lain (1) Berdasarkan data hasil analisis uji anava dua jalur menggunakan SPSS Windows 20.00 untuk prestasi belajar siswa, maka diperoleh Fhitung  sebesar 7.427 pada taraf signifikan 0,009 < 0,05. Artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA kelas III SDN Gempollegundi antara kelas dengan pembelajaran model Examples Non Examples berbantuan media visual dan kelas dengan pembelajaran konvensional; (2) untuk motivasi belajar siswa, maka diperoleh Fhitung sebesar 14.675 pada taraf signifikan 0,000 < 0,05. Artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti terdapat perbedaan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA kelas III SDN Gempollegundi antara kelas dengan pembelajaran model Examples Non Examples berbantuan media visual dan kelas dengan pembelajaran konvensional; (3) untuk pengaruh interaksi antara model pembelajaran Examples Non Examples dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar diperoleh Fhitung sebesar 4.457 pada taraf signifikan 0,041 < 0,05. Artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran Examples Non Examples berbantuan media visual dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPA pada kelas III SDN Gempollegundi Kabupaten Jombang tahun pelajaran 2014/2015.

Selasa, 04 Maret 2014

PERJUANGAN JALAN KAKI

     Hidup ibarat sebuah perjalanan, penuh lika-liku. Terkadang jalan yang kita tempuh mulus tanpa hambatan. Namun tak jarang jalan yang kita lewati berkelok-kelok, berbatu-batu dan juga terjal. begitu pula dengan ian, seorang pemuda yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan, ian dilahirkan dari keluarga yang lengkap ayah ibu dan keempat saudaranya. 
      Ayah ian adalah seorang pekerja keras. Ayahnya merupakan seorang wirausahawan yang sangat giat bekerja. Hari-hari dalam hidupnya dihabiskan untuk bekerja. Tujuh hari dalam seminggu ia menjalankan usahanya. Ia memang termasuk pria yang bertanggung jawab terhadap keluarga. tapi di sisi lain ian membutuhkan...bersambung

 

Kamis, 03 Oktober 2013

Kisah Seekor Lebah

Lebah adalah binatang kecil yang terukir indah dalam Alquran. Allah mengabadikan namanya pada salah satu surah dalam Alquran, yakni Annahl. Tentu, ada keistimewaan yang dimiliki hewan ini hingga namanya termaktub dalam kitab yang suci dan mulia. Lihat surah Annahl [16] ayat 68-69.

Lebah diciptakan Allah SWT dengan banyak memberi manfaat bagi manusia. Di antara manfaatnya adalah madu. Tak hanya itu, perilaku hewan kecil ini harusnya menjadi cerminan akhlak bagi Muslim sejati.

Perhatikanlah kehidupannya. Ada banyak manfaat yang bisa diambil hikmahnya dari lebah. Pertama, lebah hanya menghisap saripati bunga. Ia hanya mengambil yang inti dan membiarkan yang lain. Lebah tahu, yang menjadi kebutuhannya hanyalah saripati, bukan yang lainnya. Ini mengajarkan bahwa setiap Muslim harus mengambil sesuatu yang baik dan halal. Sebab, mengambil hak yang lain hukumnya adalah haram.

Kedua, lebah menghasilkan madu. Ia memberi manfaat bagi manusia. Ini pelajaran bagi umat Islam. Madu berasal dari saripati bunga dan baik, maka keluarnya pun baik. Sesuatu yang halal, keluarnya halal pula. Dan, ia banyak memberi manfaat bagi orang lain.

Ketiga, lebah tidak merusak. Di mana pun dia hinggap, tak ada tangkai daun ataupun ranting pohon yang patah. Betapa santunnya hewan kecil ini hingga dalam bergaul dia tidak menyakiti siapa pun dan senantiasa menjaga kedamaian dalam setiap suasana. Lebah senantiasa memegang prinsip iffah (ketenteraman) dalam pergaulan.

Keempat, lebah punya harga diri. Ia tidak akan pernah mengganggu orang lain selama kehormatan dan harga dirinya dihormati. Namun, bila harga dirinya dizalimi, ia akan siap 'menyengat' pengganggunya. Karena itu, setiap Muslim harus mampu menjaga kehormatan dirinya.

Sudah sepatutnya kita belajar ilmu dari lebah. Bukan karena fisik dan pesonanya yang kurang menarik, tapi karena komitmennya dalam bersikap dan berbuat. Manusia memiliki kemuliaan dari makhluk lain. Namun, tingkah laku dan kehormatan manusia bisa lebih hina dari binatang.

Allah memberikan pelajaran bagi manusia untuk mengambil hikmah dari lebah. Ia makhluk kecil yang memberikan manfaat sangat besar bagi manusia. Tentunya, tak hanya dari lebah, setiap hamparan yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT untuk kebutuhan manusia. Maka, bisakah kita mengambil pelajaran? Wallahu A'lam.

Kisah Wortel, Telur, dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

Kamis, 26 September 2013

Monyet dan Lumba- Lumba



Pada jaman dahulu,beberapa orang pelaut bersiap-siap pergi ke laut untuk berlayar. salah seorang diantara mereka membawa monyet peliharaannya untuk dibawa dalam perjalanan yang panjang tersebut. ketika mereka telah berada jauh di laut,badai yang dasyat membalikan kapal mereka.setiap orang jatuh ke dalam laut dan hanya seekor monyet yang terselamatkan. Ia berpaut pada sebatang kayu.
 
Ketika monyet terumbang-ambing dipukul ombak yang besar, tiba-tiba seekor ikan lumba-lumba menghampirinya. ''Wahai monyet, saya kasihan melihat kamu. Naiklah ke atas belakang saya, saya akan bawa kamu ke tempat yang selamat", kata ikan lumba-lumba.

"Terima kasih karena selamatkan saya,'' kata monyet. Monyet terus naik ke atas belakang ikan lumba-lumba. Ikan lumba-lumba membawa monyet menuju ke darat. Sebelum sampai ke darat,
mereka segera tiba di pulau dan si monyet turun dari punggung lumba-lumba. lumba-lumba itu bertanya kepada monyet,''tahukah kamu tempat ini?"monyet itu menjawab,"ya,aku tahu sesungguhnya raja pulau ini teman baik saya.Tahukah kamu sesungguhnya aku adalah seorang pangeran?"

        Mengetahui bahwa tak seorang pun yang hidup di pulau itu, lumba-lumba berkata,"baik,baik,jadi kamu seorang pangeran.sekarang kamu dapat menjadi seorang raja." monyet itu menjawab,"bagaimanakah aku dapat menjadi seorang raja?"Ketika lumba-lumba itu mulai berenang menjauh, ia menjawab,"Itu mudah karena kamu satu-satunya penghuni pulau ini, maka kamu sesungguhnya seorang raja.
Tinggallah monyet sendirian di pulau itu. Monyet menangis karena menyesali kebohonganya.

Moral: Jangan menipu orang yang telah menolong kita

By   : Mas Joe


Sabtu, 30 Maret 2013

Hakekat Membaca Permulaan




1.   Hakikat Membaca
Pada hakekatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interasi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat fakta dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan merupakan informasi yang tersimpan dalam memori otak atau fikiran pembaca atau dapat disebut dengan sumber informasi nonvisual, kedua macam sumber informasi tersebut perlu dimiliki secara berimbang oleh pembaca. Artinya kemampuan mengenal informasi visual perlu diikuti dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memahami suatu teks bacaan.
Demikian pula sebaiknya, pengetahuan dasar yang telah dimiliki perlu di lanjutkan dengan kemampuan memahami informai visual yang ada pada teks bacaan, kemampuan penunjang lain yang perlu dimiliki pembaca yaitu kemampuan menghubungakn gagasan yang dimiliki dengan menggabungkan materi bacaan. Dalam kaitannya dengan pemahaman pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan. Harirs, dan sipay (1980) menyatakan bahwa membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa tulis secara tepat. Pengenalan makna kata sesuai dengan konteksnya merupakan prasyarat yang di perlukan untuk memahami pesan yang terdapat pada bahan bacaan.

2.      Membaca Permulaan.

Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Sahari (1994:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas I (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas I (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.

3.      Tujuan Membaca Permulaan
Tujuan membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut
Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik”.
4.      Langkah-langkah Membaca Permulaan

Ritawati (1996:51) mengemukakan langkah-langkah membaca, permulaan sebagai berikut mengenal unsur kalimat, mengenal unsur kata, mengenal unsur huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata. Sedangkan menurut Sibarani akhadiah (1992:1993:34) mengemukakan langkah-langkah pengajaran membaca permulaan sebagai berikut menentukan tujuan pokok bahasan yang akan di berikan.
Tujuan ini dapat mengembangkan bahan pengajaran setelah bahan pelajaran dan bahan latihan disusun, kemudian harus memikirkan bagaimana cara menyampaikan. Bagaimana urutan pemberian bahan-bahannya, dan bagaimana cara mengaktifkan siswa. Pada tahap latihan, guru dapat membuat kombinasi baru, baik dengan kata maupun suku kata, dan huruf. Hal ini mudah dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu yang tersedia, anak dapat bermain dengan kartu-kartu tersebut. Misalnya membentuk suku kata, kata ataupun kalimat. Untuk memantau apakah anak telah mencapai tujuan yang di tetapkan, guru dapat membuat tes formatif. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai cara yang di aggap terbaik untuk kelangsungan pembelajaran. Berdasarkan hal di atas, agar tujuan pengajaran membaca dapat tercapai dengan baik, sebaiknya guru menetapkan langkah-langkah tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
5.      Pembelajaran Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan diberikan di SD kelas I (satu). Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).

B.     Metode-metode Membaca Permulaan

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (Kbb,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I (satu) dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode struktual analitik sinteksis (sas). (Alhkadiah,1992: 32-34).
1.      Metode abjad dan metode bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode abjad              : bo-bo-bobo
La-ri-lari
Metode bunyi              : na-na-nana
Lu-pa-lupa

2.      Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga
Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:
Metode kupas rangkai suku kata         : ma ta-ma ta
Pa pa-pa pa
Metode kata lembaga                          :   bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
3.      Metode global
“Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf. Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi Gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna dari pada jumlah bagian-bagiannya.memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca. Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1.      Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani, ini rini, ini nana. 
2.      Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3.      Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4.      Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,
misalnya: i – n – i - n – a – n – i

4.      Metode sas
Menurut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
1.      Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
2.      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
3.      Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Metode ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.mengenai itu, momo (1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakan gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (s)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.

C.    Sasaran Penulisan.
Sasaran penulisan makalah ini adalah siswa-siswi sekolah dasar kelas I (satu), dengan pemilihan sasaran ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kelas I (satu) SD, agar pembelajaran dan pembinaan di SD dapat berkembang dan meningkat sesuai dengan kurikulum.

D.    Teknik yang digunakan untuk Meningkatkan Membaca Permulaan
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila keterampilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa. Sebenarnya dalam kegiatan mengajar guru sering menggunakan permainan, tetapi pada umumnya masih menerpakannya sebagai teknik pengajaran bahasa. Penggunaan teknik permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang (Rubin, 1993 dalam Rofi’uddin, 2003). Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan mengembirakan tetapi tidak melatihkan keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya, bila permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatihkan keterampilan berbahasa tertentu, tidak dapat dikatakan permaian bahasa. Untuk dapat disebut permainan bahasa, harus memenuhi kedua syarat, yaitu menggembirakan dan melatihkan keterampilan berbahasa.
Teknik permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar siswa. Kalaupun dipaksakan, bukan alat evaluasi yang baik, sebab permainan bahasa tersebut mengandung unsur spekulasi yang cukup besar. Hal tersebut dapat dimengerti, sebab sekelompok anak, atau seseorang anak yang menang dalam permainan belum tentu secara utuh  mencerminkan siswa pandai. Demikian juga siswa yang kalah dalam permainan, belum tentu mencerminkan siswa yang kurang pandai.

E.     Pengembangan dari Teknik Permainan Bahasa untuk Meningkatkan  Membaca Permulaan.
Ada beberapa pengembangan permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut:
1.         Meloncat bulatan kata. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar piring. Tulislah nama-nama susuna keluarga, misalnya; ayah, ibu, kakak, adik. Pasanglah bulatan kata itu di lantai. Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok. Seluruh siswa setiap kelompok meloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru. Misalnya loncat ke kakak, loncat ke ibu, loncat ke adik. Dengan demikian, setiap anak membaca bulatan untuk diinjak. Lebih meningkat lagi, bulatan kata bisa dalam bentuk yang lebih sulit, misalnya kata yang bila digabung menjadi kalimat. Kata dalam bulatan disebar di lantai dan memungkinkan dapat menyusun beberapa kalimat bila diloncati dengan benar. Misalnya: Ayah pergi ke pasar. Ayah membawa buku. Jadi siswa harus loncat ke ayah, pergi ke dan pasar. Permainan ini untuk meningkatkan membaca permulaan
2.         Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangan harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Perhatikan Misalnya saya harus merunduk. Saya memegang lutut kiri. Saya menari sambil memegang kepala. Guru memperhatikan beberapa perintah yang dilaksanakan dengan benar dan apakah pembaca membaca perintah dengan benar. Permainan dilakukan bergantian. Permainan ini untuk melatih membaca permulaan.
3.         Aku seorang detektif. Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi ditektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus menentukan-memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Ia harus memberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan dicari ditektif. Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi diubah, yang tadinya informan menjadi ditektif dan tadinya ditektif menjadi informan. Permainan dapat difariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gmbar dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca permulaan.
4.         Bisik berantai. Permainan ini dilakukan dengan cara setiap siswa harus membisikkan suatu kata kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir. Pemain terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah? Bila salah. Dimana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara berkelompok. Permainan ini melatih keterampilan menyimak atau mendengarkan
5.         Kim Lihat (lihat katakan). Sediakan beberapa benda atau sayuran, atau buah-buhan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok, seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelomponya, baik ciri-cirinya, rasanya, warnanya atau apa saja yang dapat dilihatnya. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam kotak itulah yang menang. Permainan ini untuk melatih keterampilan berbicara dan menyimak.
6.         Bertanya dan menerka. para siswa dibagi dua kelompok. Kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sebagai penannya. Kelompok penjawab harus menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penannya dengan cara memberi pertanyaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab ”ya” atau ”tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikannya itu. Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara.
7.         Bermain telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon biasa maupun telepon genggam. Siswa harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalau terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalau perlu cara pelafalan yang benar. Permainan ini untuk melatih berbicara.